Sekitar 900-an warga pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung yang berada di Posko 1 dan 2 di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi, Tanah Karo tampak senang mendapat pelayanan kesehatan pijat akupresur yang diadakan bakti sosial (Baksos) kesehatan oleh BITRA Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Pengobat Alternatif Sumatera Utara (APASU). Kegiatan yang berlangsung pada Kamis hingga Jumat (30-31/1) ini, menurut para pengungsi, sangat berdampak positif dan bermanfaat secara langsung bagi kesehatan mereka.
Seperti yang diungkapkan Esra Meliala (44), Ketua Kelompok Tani Kota Bangun, Desa Payung, yang mengungsi di Posko 1 Desa Lau Gumba. Esra yang sesak pernapasannya dan agak kabur matanya akibat debu vulkanik ini merasa senang dengan adanya bakti sosial kesehatan pijat ekupresur. “Manfaatnya membuat kita sehat dan ada gairah lagi. Kalau bisa kegiatan bakti sosial ini terus berlanjut. Selama ini memang ada layanan kesehatan, namun terkadang obatnya kurang pas,” ujarnya.
Demikian pula yang disampaikan Saput Surbakti (54), warga Desa Payung lainnya yang merasa kesehatannya menurun sejak erupsi Sinabung terjadi. “Perasaan saya sudah segar. Saya sangat berterima kasih pada tukang pijat yang membantu para pengungsi. Sekarang ini saya fit lagi,” katanya.
Hesti boru Pandia (44) yang mengungsi sejak 8 Januari lalu juga mengatakan kalau kegiatan pijat akupresur ini sangat bermanfaat baginya. Orang tua tunggal (single parrent) dari Desa Tiga Pancur yang lahan pertaniannya tertimbun debu vulkanik ini semula mengeluh saluran pernapasannya tersumbat, batuk, demam, masuk angin dan pilek. “Kini setelah dikusuk agak berkuranglah penyakitnya,” katanya.
Sebenarnya, menurut Sampai Ginting, Kepala Desa Lau Gumba, untuk menangani kesehatan para pengungsi yang jumlahnya mencapai 2.213 jiwa tersebut, pihak posko telah menyediakan layanan kesehatan, berupa tim medis, dokter, dan obat-obatan cukup. Meski demikian, adanya bakti sosial pijat akupresur ini justru membuat para pengungsi lebih terbantu lagi. “Bahkan diharapkan supaya jangan 2 hari ini saja datang ke mari. Kalau bisa setiap hari ada (pemijatan) di sini. Soal tempat menginap, saya siap menampung (para praktisi) di rumah saya,” ujarnya.
Menyikapi harapan Kades Lau Gumba tersebut, Ketua Badan Pengurus BITRA Indonesia, Wahyudhi mengatakan, untuk melakukan kegiatan bakti sosial ini mungkin ke depannya bisa dikoordinasikan lagi. Bagaimanapun, kegiatan bakti sosial merupakan program Yayasan BITRA Indonesia dengan APASU dalam memberikan layanan kesehatan gratis terhadap masyarakat. Hanya saja, untuk memobilisasi para praktisi yang berasal dari Langkat, Binjai, Deli Serdang dan Serdang Bedagai ini ke tempat-tempat posko pengungsi tentu membutuhkan persiapan, termasuk soal pendanaan. “Sebab kita punya keterbatasan dalam hal logistik. Begitupun, setidaknya kami akan berusaha mencari dukungan dari pihak lain. Tentu saja kami nanti akan mengajak para praktisi lagi, atau mungkin juga melakukan kegiatan yang sama di posko lain,” paparnya.
Wahyudhi menambahkan, bakti sosial ini merupakan bagian dari aksi keperdulian dan solidaritas Yayasan BITRA Indonesia terhadap korban erupsi Gunung Sinabung. “Seperti kita ketahui, selama dalam pengungsian, tentu para pengungsi banyak mengalami masalah, terutama masalah kesehatan, baik secara psikologis maupun fisik. Oleh sebab itu, BITRA Indonesia yang mempunyai program kesehatan alternatif mencoba mengajak teman praktisi yang tergabung di APASU tersebut, yang setidaknya bisa memberikan pelayanan kesehatan di dua posko, yaitu dengan pendekatan terapis melalui pemijatan dan memberikan obat herbal,” paparnya.
Menurut Anwar, Ketua APASU sekaligus koordinator aksi solidaritas, kegiatan yang melibatkan 32 praktisi APASU ini memang telah menerapi para pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan. “Mulai bayi 4 bulan sampai orang dewasa usia 83 tahun, kita terapi secara pengobatan alternatif, yaitu melalui teknik akupresur, akupunktur, totok, dan terapi listrik. Pasien setelah diterapi kini bisa lebih rileks, yang tadinya susah tidur sekarang nyenyak tidur. Dan para praktisi melakukannya dengan ikhlas, senang dan betul-betul berempati terhadap korban Sinabung,” jelasnya.
Benny Bangun, koordinator Posko 2 juga turut gembira atas diadakannya bakti sosial dengan pijat akupresur ini. Menurut Benny, layanan kesehatan akupresur ini sangat membantu menjaga kesehatan para pengungsi, khususnya para pengungsi yang mengalami tekanan psikologis seperti depresi atau stres. Apalagi bagi para pengungsi yang sudah menikah, yang menurut Benny dapat menjadi persoalan baru dan pemicu stres, bahkan konflik, manakala hasrat biologis mereka tidak tersalurkan. Untuk hal ini, kata Benny, perlu ada bantuan dari pemerintah untuk menyediakan “bilik asmara/bilik pasutri” bagi para pengungsi yang sudah menikah tersebut. “Karena bagaimanapun, ini juga merupakan salah satu penyebab stres bagi para pengungsi yang sudah berkeluarga. Kalau ini tidak diperhatikan, dikuatirkan juga bisa menimbulkan konflik atau persoalan baru,” jelasnya. (jc)