Kegiatan bakti sosial (Baksos) pengobatan alternatif hendaknya dapat dijadikan sebagai tempat untuk belajar bagi masyarakat, dalam hal bagaimana mengobati keluarga secara swadaya (sendiri), tetangga, atau warga sekitarnya. Hal ini demi menjawab anggapan di kalangan masyarakat, bahwa hanya rumah sakit besarlah yang mampu melakukan pengobatan terhadap berbagai penyakit yang diderita masyarakat. Padahal, mahalnya biaya rumah sakit justru membuat masyarakat enggan untuk mengecek kesehatan mereka di rumah sakit besar tersebut.
Iswan Kaputra, mewakili BITRA Indonesia, dalam sambutannya memaparkan hal ini di hadapan warga desa Stabat Lama, Stabat Lama Barat dan Pantai Gemi, Kec. Wampu, Kab. Langkat dalam acara bakti sosial pengobatan alternatif yang diselenggarakan BITRA Indonesia bekerjasama dengan Assosiasi Pengobat Alternatif Sumatera Utara (APASU) dan Pemerintah Desa Stabat Lama di desa Stabat Lama, Rabu (25/9).
“Gerakan Baksos ini merupakan perlawanan terhadap pengobatan yang mahal, yakni sebagai gerakan melawan kapitalisme medis. Sebab kalau kita mengingat sejarah, bahwa nenek moyang kita justru sangat mengerti mengenai ilmu pengobatan dan obat-obatan yang justru diramu dari tanaman-tanaman yang tumbuh di alam sekitar kita, dan ini kerap disebut sebagai pengobatan tradisional yang bersumber dari kearifan lokal. Untuk itulah, melalui gerakan Baksos ini setidaknya masyarakat punya minat juga untuk mengobati sendiri, baik diri, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya,” jelasnya.
“Adapun kesehatan alternatif merupakan gerakan bagi pengobat alternatif yang menjadi salah satu konsen BITRA Indonesia sejak 2004 silam. Hal ini dilakukan BITRA”, jelas Iswan, “melalui kegiatan-kegiatan pendampingan kelompok masyarakat, seperti kelompok jamu, pijat tradisional, serta pembuatan obat herbal”. Kegiatan Baksos sendiri menjadi program BITRA setiap 6 bulan sekali untuk setiap kabupaten, yang bertujuan untuk melayani kesehatan masyarakat. Dalam tahun ini kegiatan Baksos sudah dilakukan di Sergai, Deli Serdang, dan Langkat.
Ketua panitia Baksos, Sugeng, menambahkan, “kegiatan Baksos kali ini adalah sebuah kerja sosial yang mencoba untuk mengobati warga desa Stabat Lama”. Menurutnya, apresiasi warga desa Stabat Lama terhadap Baksos cukup baik. Hal ini terlihat dari antusiasnya 106 warga yang datang ke acara Baksos. Mereka berasal dari desa Stabat Lama, desa Pantai Gemi, desa Stabat Lama Barat, dan juga dari kelompok masyarakat dampingan BITRA lainnya. Dalam Baksos ini mereka ditangani oleh sekitar 15 orang praktisi yang tergabung dalam APASU.
Senada dengan Sugeng, Hermansyah (Sekdes, mewakili lurah desa Stabat Lama) mengatakan, bahwa dia merasa bersyukur dengan diadakannya Baksos ini. Dia juga berharap, semoga Baksos ini dapat mewujudkan perbaikan kesehatan masyarakat desa Stabat Lama.
Sebelumnya, pada Senin malam (24/5), panitia Baksos juga telah menggelar “nonton bareng” film-film dokumenter yang diproduksi BITRA, berthemakan kesehatan alternative, pengobatan alternatif, pertanian organik, dan credit union (CU), sebagai upaya penguatan pemahaman dan pencerahan rakyat. (juhendri)